Bisnis

Kurangi Impor, Antam Siap Beli Emas Freeport

Kerja Sama Antam dengan Freeport untuk Mengurangi Ketergantungan Impor Emas

PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) telah mengambil langkah strategis dalam menyerap produksi emas dari PT Freeport Indonesia. Hal ini dilakukan guna meminimalkan ketergantungan terhadap impor emas. Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, menjelaskan bahwa kerja sama ini sudah berjalan sejak Freeport mulai menghasilkan emas murni melalui smelternya di Gresik, Jawa Timur, sejak April 2025.

“Produk emas murni Freeport baru keluar tahun ini setelah smelter-nya beroperasi. Sejak April 2025, Antam sudah bekerja sama dengan Freeport di bawah koordinasi Mind ID untuk menyerap produksinya,” ujar Achmad dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Senin, 29 September 2025.

Sebelum adanya smelter, Freeport hanya mengekspor konsentrat yang berupa pasir hitam yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Dengan beroperasinya smelter di Gresik, seluruh konsentrat kini diproses di dalam negeri sehingga menghasilkan emas murni.

“Seluruh konsentrat sekarang diolah di Gresik. Jadi emasnya Freeport langsung bisa diserap Antam. Ini merupakan capaian penting karena apa yang diperjuangkan bersama pemerintah dan DPR sudah terwujud,” jelas Achmad.

Menurut Achmad, hingga akhir 2025, Freeport diperkirakan mampu memproduksi sekitar 9 ton emas murni. Antam sendiri telah menandatangani kontrak untuk menyerap antara 25 hingga 30 ton per tahun.

“Keseluruhan emas Freeport saat ini diambil Antam. Walaupun produksinya baru bertahap, kerja sama ini sangat membantu mengurangi impor,” tambah Achmad.

Achmad juga menyampaikan bahwa potensi emas nasional cukup besar. Dari perusahaan tambang besar, baik yang dimiliki perusahaan dalam negeri maupun asing, mencapai sekitar 90 ton per tahun. Angka ini bahkan bisa lebih tinggi jika produksi tambang rakyat dan individu turut diperhitungkan.

“Dengan adanya smelter Freeport, potensi emas nasional bisa lebih dimanfaatkan. Harapannya kebutuhan emas dalam negeri bisa dipenuhi lebih banyak dari produksi nasional, bukan impor,” katanya.

Peningkatan Penjualan Emas Antam

Antam mencatat penjualan emas terus meningkat. Pada 2024, penjualan mencapai 37 ton, kemudian naik menjadi 43 ton pada 2025, dan ditargetkan mencapai 45 ton pada 2026. Namun, produksi emas dari tambang milik Antam hanya berkisar pada 1 ton per tahun.

Untuk menutup kekurangan, Achmad menjelaskan bahwa perseroan mengandalkan tiga sumber utama, yaitu buyback emas dari masyarakat, pembelian dari tambang lain yang memurnikan emas di fasilitas Antam, serta impor.

Namun, pasokan dari tambang domestik sering terkendala aturan dan mekanisme bisnis. Perusahaan tambang lebih fleksibel mengekspor dibanding menjual ke Antam karena faktor pajak dan bundling dengan perak.

Masih Membutuhkan Impor Emas

Kendala tersebut membuat Antam masih harus mengimpor emas sekitar 30 ton per tahun dari mitra resmi yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA) di Singapura maupun Australia.

Achmad menegaskan bahwa impor dilakukan dengan standar ketat dan bukan karena Antam mengekspor emas. “Antam tidak pernah mengekspor emas. Yang mengekspor adalah perusahaan tambang lain di Indonesia. Antam justru mengimpor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button