
Sosial Media
Kesehatan – Hidup di era digital saat ini memang menawarkan banyak kemudahan, tetapi di balik itu semua, ada ancaman serius terhadap kesehatan mental era digital saat ini. Teknologi yang seharusnya mempermudah hidup, justru sering kali membuat kita terjebak dalam siklus yang merugikan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana gaya hidup modern yang dipengaruhi oleh teknologi dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental kita.
Salah satu masalah utama yang dihadapi generasi saat ini adalah gaya hidup yang tidak seimbang. Dengan adanya teknologi, kita bisa bekerja dari mana saja dan kapan saja. Namun, kenyataannya, banyak dari kita yang justru lupa untuk beristirahat. Rutinitas harian yang padat sering kali membuat kita terjebak dalam siklus yang tidak sehat: begadang untuk menyelesaikan pekerjaan atau sekadar scrolling media sosial hingga larut malam, lalu bangun kesiangan dan terburu-buru untuk memulai hari.
Kebiasaan ini tidak hanya mengganggu pola tidur kita, tetapi juga mempengaruhi kesehatan fisik. Kita lebih memilih untuk mencari solusi instan, seperti googling obat untuk mengatasi masalah kesehatan, daripada mencegahnya sejak awal. Mindset “nanti kalau sakit tinggal ke dokter” menjadi pembenaran untuk menjalani gaya hidup yang amburadul.
Dampak Negatif Teknologi
Teknologi yang seharusnya memudahkan hidup kita, kadang-kadang justru menjadi bumerang bagi kesehatan. Misalnya, berita viral tentang seorang influencer muda yang mengalami gagal ginjal di usia yang sangat muda. Kebiasaan buruknya, seperti mengonsumsi kopi sachet dan jarang minum air putih, seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua.
Jika kita melihat ke belakang, generasi orang tua kita tampaknya lebih sehat secara mental dan fisik. Mereka hidup dengan tempo yang lebih lambat, tidak terburu-buru mengejar timeline media sosial. Informasi yang mereka terima pun lebih terfilter, karena mereka harus menunggu konfirmasi dari berbagai sumber sebelum mempercayai sebuah berita. Hal ini membuat mereka lebih tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum jelas kebenarannya.
Menjaga Kesehatan Mental Era Digital
Kesehatan mental di era digital juga menjadi isu yang semakin penting saat ini. Al-Ghazali pernah mengatakan, “Penyakit hati lebih berbahaya dari penyakit badan.” Di zaman sekarang, kita menghadapi berbagai penyakit mental yang lebih kompleks, seperti stres akibat FOMO (Fear of Missing Out), kecemasan karena jumlah likes yang sedikit, dan depresi akibat perbandingan sosial yang tidak sehat.
Namun, ada sisi positif dari teknologi. Meskipun teknologi dapat menjadi penyebab masalah kesehatan, ia juga menawarkan solusi. Aplikasi meditasi, pelacakan kesehatan, dan terapi online kini tersedia untuk membantu kita menjaga kesehatan mental. Tantangan kita saat ini bukanlah melawan teknologi, tetapi belajar untuk menjadi “tech-wise” — pintar dalam memilih mana yang bermanfaat bagi kesehatan kita dan mana yang justru dapat menyebabkan “mental breakdown”.
Kesehatan mental era digital adalah topik yang kompleks dan memerlukan perhatian serius. Kita harus menyadari bahwa meskipun teknologi menawarkan banyak kemudahan, kita juga harus bijak dalam menggunakannya. Mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan seimbang adalah langkah awal yang penting.
Mari kita belajar dari generasi sebelumnya dan tidak terjebak dalam siklus yang merugikan. Dengan pendekatan yang tepat, kita bisa memanfaatkan teknologi untuk mendukung kesehatan kita, bukan sebaliknya.
Dengan demikian, penting bagi kita untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga menjadi pengguna yang cerdas. Kesehatan bukanlah sesuatu yang bisa di-copy paste; ia memerlukan perhatian dan usaha yang konsisten. Mari kita jaga kesehatan mental kita di tengah kemajuan teknologi yang pesat ini.
Kesehatan mental era digital bukan hanya tentang menghindari dampak negatif dari teknologi, tetapi juga tentang memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat menciptakan keseimbangan yang sehat antara dunia digital dan kesehatan mental kita.
Disadur dari tulisan Lutfiel Hakim – Praktisi Bisnis. (*)